Competitions
Absennya sejumlah klub besar seperti Liverpool, Barcelona, dan Napoli dalam gelaran Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pecinta sepak bola.
Turnamen yang digadang-gadang sebagai ajang paling prestisius antar klub dunia justru tidak menghadirkan beberapa raksasa Eropa, yang dalam beberapa musim terakhir menunjukkan performa impresif di liga domestik maupun Eropa.
FIFA menetapkan sistem kualifikasi berdasarkan performa klub selama empat tahun terakhir, bukan berdasarkan pencapaian terkini di liga domestik atau kompetisi kontinental. Hal ini membuat tim-tim seperti Liverpool dan Napoli yang baru saja tampil konsisten, bahkan meraih gelar juara, justru terpinggirkan.
Di sisi lain, klub-klub dengan pencapaian historis yang lebih lama diberi slot otomatis. Kasus Inter Miami menjadi salah satu sorotan paling tajam. Klub milik David Beckham itu lolos ke turnamen meskipun belum pernah meraih trofi besar.
Banyak yang meyakini bahwa kehadiran Lionel Messi di skuad mereka menjadi faktor utama FIFA memberi mereka tempat. Sementara itu, juara MLS sebenarnya, LA Galaxy, justru absen dari daftar peserta. Tak hanya itu, dominasi Eropa di turnamen ini juga dipertanyakan.
Dari total 32 tim peserta, 12 berasal dari benua biru. Real Madrid dan Manchester City memang layak tampil sebagai kampiun Eropa, tetapi ketiadaan Barcelonaâyang memiliki sejarah kuat dan basis penggemar globalâmengurangi daya tarik kompetitif turnamen.
FIFA dianggap lebih mementingkan aspek komersial ketimbang keadilan kompetisi. Presiden FIFA Gianni Infantino bahkan sempat menyebut bahwa ia berharap Cristiano Ronaldo bisa tampil meskipun Al-Nassr tidak lolos kualifikasi. Hal ini makin menguatkan anggapan bahwa seleksi tim peserta lebih condong ke nilai pasar dan popularitas ketimbang merit prestasi.
Meski kehadiran bintang seperti Messi di Inter Miami diharapkan mendongkrak minat penonton, kenyataannya harga tiket pertandingan tim tersebut sempat turun drastis akibat rendahnya antusiasme publik. Ini menunjukkan bahwa sekadar nama besar tidak cukup untuk menjamin kesuksesan turnamen.
Barcelona mengakui potensi kehilangan pendapatan besar dari turnamen ini, mengingat hadiah utamanya mencapai 125 juta dolar AS. Namun, mereka juga melihat sisi positifnya jadwal klub tidak semakin padat.
Di sisi lain, manajer Liverpool Arne Slot menyambut absennya timnya dengan positif. "Pemain butuh istirahat, bukan agenda tambahan," ujarnya kepada media lokal. Napoli justru menilai absennya mereka sebagai bentuk ketidakadilan.
Usai menjuarai Serie A untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade, mereka berharap bisa bersaing di panggung global. Kekecewaan juga dirasakan oleh fans yang merasa klub mereka layak tampil.
Serikat pemain dunia, FIFPRO, turut melontarkan kritik tajam terhadap FIFA. Mereka menilai turnamen ini membebani pemain secara fisik dan mental, bahkan mengancam akan menempuh jalur hukum jika FIFA terus mengabaikan kesehatan dan hak atlet.
Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 menjadi uji coba besar untuk masa depan turnamen ini. Jika sistem dan pelaksanaannya gagal memenuhi harapan publik, FIFA dituntut untuk melakukan evaluasi besar-besaran.
Penyesuaian seperti slot otomatis bagi juara liga terbaru atau format kualifikasi yang lebih terbuka sangat mungkin dilakukan pada edisi 2029.
Sepak bola modern menuntut keseimbangan antara hiburan dan keadilan kompetisi. Nama besar saja tidak cukup. Integritas turnamen harus dijaga agar ajang ini benar-benar menjadi panggung klub-klub terbaik dunia.
Dapatkan informasi eksklusif dan analisis tajam seputar Piala Dunia Antarklub FIFA hanya di ShotsGoal. Jangan lewatkan kabar terbaru dari klub favoritmu!